Mamoru Takuma, Pembantai Anak-Anak SD di Jepang
Mamoru Takuma, Pembantai Anak-Anak SD di Jepang
- Kekejaman pada binatang
- Kegemaran membakar benda
- Eneuresis (kebiasaan mengompol pada anak usia diatas 5 tahun)
Mamoru sejak usia dini sudah menunjukkan perilaku psikopat. Pada usia 12 tahun, ia gemar membunuh kucing dengan membungkusnya dengan koran lalu membakarnya. Saat SMU, ia menyerang gurunya sendiri dan membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Ia juga beradu fisik dengan ayahnya, membuat ayahnya kemudian mengirim Mamoru ke RSJ. Namun, pihak RSJ tidak mau menerimanya dan sang ayah kemudian tidak mengakui Mamoru sebagai anaknya.
Ia sempat bekerja di perusahaan taksi bahkan sempat diterima di Angkatan Udara, namun ia dikeluarkan karena masalah kekerasan dan pelecehan seksual. Mamoru menikah selama 4 kali dan keluar masuk penjara. Terakhir, ia bekerja sebagai janitor (tukang bersih2) di sebuah sekolah sebelum akhinya membuat masalah kembali dengan meracuni 4 guru.
Ia kemudian dikirim ke RSJ dengan diagnosis menderita skizofrenia. Di RSJ, Mamoru sempat mencoba untuk bunuh diri, namun gagal.
Setelah sekitar 1 bulan, ia dikeluarkan dengan alasan “Mamoru mampu mengurus dirinya sendiri”. Pada 2001, sebulan sebelum ia menjalankan aksinya, ia sempat secara sukarela mendaftarkan diri ke RSJ untuk mencari bantuan atas depresi yang ia alami. Namun sehari setelahnya ia melarikan diri.
Pada Juni 2001, ia akhirnya lepas kendali dan mengamuk. Dengan bersenjatakan sebilah pisau, ia menyerang Ikeda Elementary School dan menusuk mati 8 anak-anak kelas 1 dan 2 SD serta melukai 13 anak lain dan 2 guru.
Dilihat dari jumlah korbannya, peristiwa ini merupakan tragedi terbesar kedua yang pernah menimpa Jepang modern setelah insiden penyerangan gas sarin oleh Aum Shirikyo. Uniknya, peristiwa ini mengundang simpati popstar Jepang Utada Hikaru yang menggubah lagunya “Final Distance” untuk menghormati salah satu korban yang merupakan fans beratnya.
Ketika ditangkap, Mamoru dalam keadaan sangat bingung. Ia tak menyadari bahwa ia menyerang sekolah dan terus mengatakan, “Aku tidak menyerang sekolah dasar. Aku pergi ke stasiun kereta dan menusuk 100 orang. Aku tak pernah pergi ke sekolah dasar.”
Ketika persidangan pun ia sama sekali tak membela diri, bahkan meminta hakim untuk segera mengeksekusi dirinya dengan mengatakan, “Aku sudah menjadi jijik terhadap semua ini. Aku mencoba membunuh diriku beberapa kali, namun tidak bisa. Kumohon, hukum mati saja aku.”
Walaupun didiagnosis menderita berbagai kelainan jiwa seperti perilaku antisosial dan paranoid, ia akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada 2004.
Referensi : Kaskus
0 Response to "Mamoru Takuma, Pembantai Anak-Anak SD di Jepang"
Post a Comment