Hantu Merah
HANTU MERAH
By : Phoenix |
Beberapa waktu lalu, terjadi hal aneh di desa tempatku tinggal. Warga bercerita bahwa mereka didatangi hantu dengan pakaian dan matanya yang merah. Kedatangannya diawali dengan air yang berubah menjadi merah atau darah. Memang kemunculannya tidak menyebabkan korban, tapi tetap saja membuat para warga tidak tenang.
"Sar, nanti malam pulang jam berapa? Biar aku jemput," ucap Hadi, tunanganku.
"Mungkin jam 10 malam, Di. Kamu tunggu aja ya di parkiran," kataku.
"Oke, sampai ketemu nanti malam, ya."
Aku bekerja di sebuah minimarket di pinggir kota, biasanya Hadi yang mengantar atau menjemputku ketika ada waktu luang.
"Eh Sar, katanya di desamu ada hantu merah ya?" Suara seorang wanita mengejutkanku.
"Desi, bikin kaget aja. Iya katanya sih emang gitu. Tapi aku ga pernah liat sih, amit-amit jangan sampe ketemu malahan."
"Ya semoga aja ga gitu, paling setannya juga takut liat kamu," ledek Desi.
"Yee dasar, udah sana kerja."
Jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Namun Hadi tak kunjung datang.
"Aduh, Hadi mana ya, teleponku juga ga diangkat. Tumben telat, biasanya dia udah nongkrong di parkiran," batinku."
Tak lama, Hadi pun muncul.
"Sar, maaf ya aku telat. Ayo cepet naik!" seru Hadi.
"Kok lama sih? Kamu ga kenapa-kenapa, kan?" tanyaku.
"Aku gak apa-apa, kok," jawabnya singkat.
Di perjalanan, Hadi yang biasanya mengajakku mengobrol, kini terdiam. Hanya beberapa kali dia berbicara padaku.
"Kamu kenapa, Di? Tumben diem aja."
"Nanti aku cerita di rumah ya," ucapnya.
Sesampainya di rumah, kami mengobrol di teras dengan secangkir kopi dan gorengan.
"Gini, Sar. Tadi sebenernya waktu mau jemput, aku liat kamu jalan dekat gang minimarket. Mukamu pucat makanya kukira kamu sakit. Baru beberapa menit jalan motorku tiba-tiba mogok dan kamu tau ga apa yang aku liat?" Hadi diam sejenak, aku hanya menggelengkan kepala mendengar pertanyaannya. "Perempuan itu bukan kamu, tiba-tiba dia berubah, baju merah, mukanya membusuk banyak ulatnya, matanya juga merah. Aku sempet bengong sampai ga sadar kamu telepon," lanjutnya.
Awalnya aku sempat tak percaya mendengar cerita Hadi namun sesaat kemudian aku melihat sesuatu di depan pagar rumahku.
"Sar, kok kamu bengong. Ini juga katanya kamu bikin kopi, kenapa bikin sirup?" Suara Hadi mengejutkanku.
"Jangan diminum!" seruku.
"Sar kamu kenapa?"
Aku hanya melirik mengisyaratkan agar Hadi melihat ke arah pagar. Di situlah hantu merah itu muncul. Berdiri di atas pagar, tak mungkin itu manusia mengingat pagar di rumahku yang runcing dan tajam. Hantu itu semakin mendekat. Wajah hancur dan matanya yang mengeluarkan darah membuatku hampir tak bernapas. Sesaat kemudian dia memperlihatkanku sesuatu.
"Sari bangun, Nak!"
"Ibu, kenapa Sari ada di sini?" tanyaku bingung.
"Tadi Hadi manggil-manggil Ibu katanya kamu pingsan. Sekarang dia ada di ruang tamu nunggu kamu."
"Sumur, Bu! Sumur tua pinggir hutan."
"Kenapa sumur itu, Nak?"
Akhirnya aku menceritakan kepada ibu dan Hadi bahwa hantu itu memberiku penglihatan tentang sebuah sumur yang kutahu bahwa sumur tua itu sudah tak lagi dipakai. Yang lebih mengejutkan ternyata motor Hadi pun mogok di dekat jalan menuju sumur tersebut, seolah memberi tanda.
Pagi harinya, beberapa warga ramai melihat sumur itu. Garis polisi juga dipasang di sana. Ternyata ada seorang mayat wanita dengan banyak luka tusukan, serta matanya yang tertusuk benda tajam. Pakaiannya penuh dengan noda darah. Warga bercerita kalau mereka jarang melewati tempat itu, mereka sempat mencium bau tidak enak tetapi mengira itu hanya bangkai hewan yang mati. Polisi pun mengatakan bahwa wanita ini adalah korban perampokan dan pelakunya sudah meninggal karena bunuh diri. Sebelum meninggal pelaku sering berteriak "Merah" dan seperti mengalami halusinasi.
Setelah kejadian itu setiap mendengar atau mengucap kata "Merah" seolah hantu itu muncul dan memperhatikan dari kejauhan.
Jadi, sudahkah kalian mengucap kata "Merah" ?
0 Response to "Hantu Merah"
Post a Comment